HAJI YANG TERTOLAK
Oleh : H. Muh . Arif AN
( Ketua PCM Krembangan )
Musim haji tiba…
Aku kok belum dipanggil Allah yah …
Kapan panggilan itu datang …
Kepingin Ndang cepat dipanggil Allah menuju rumahnya Baitullah di Mekkah Al Mukarramah..
Ucapan yang sering diungkapkan oleh jamaah, karena sudah tidak tahannya untuk segera dipanggil menunaikan ibadah haji. Dengan segala daya & upaya, jual sana jual sini, hutang sana hutang sini diupayakan untuk memenuhi panggilan Ibadah Khusus itu. Mengapa magnet untuk menggerakkan haji setiap umat Islam begitu besar atau kerinduan kembali dan kembali berhaji selalu menggelora menurut Agus Mustofa dalam bukunya Pusaran Energi Ka’bah, yaitu adanya tempat-tempat khusus yang mustajab untuk berdoa, Diantaranya Multazam adalah salah satu tempat didekat kabah antara hajar aswad dan pintu ka’bah, Ka’bah sebagai pusat kiblat sholat, Masjidil haram yang kalau sholat didalamnya pahalanya 100.000 kali lipat, air zamzam, hijr Ismail, Maqom Ibrahim, Masjid Nabawi dll, tidaklah heran banyak jamaah haji yang merasakan perasaan aneh tatkala menjejakkan kakinya di bandara King Abdul Aziz -Jeddah. Ada yang merasakan dan terbayang berjuta-juta malaikat sudah menunggu menjemput jamaah menuju tanah haram. Bacaan Talbiyah langsung bergema didalam hati, menembus relung hati yang paling dalam mengalir sekujur tubuh, terkadang air mata menangis tak sadarkan diri. Labbaaika Allahumma Labbaika, Labbaika La Syarika Laka Labbaika, Innal Hamda Wan Ni’mata Laka Wal Mulku, La Syarika Laka. Lantunan untaian kata magis mendayu-dayu dalam bis kota untuk mengantar jamaah menuju ke tanah haram. Dahsyat sekali.
Berikut ini kami sampaikan tentang pengertian haji, Haji adalah salah satu rukun Islam yang lima yang wajib ditunaikan bagi yang mampu yakni memiliki kesanggupan biaya serta sehat jasmani dan rohani.
Syarat menunaikan haji adalah : ........Walilahi alannasi hijjul baiti manistatha’a ilaihi sabila...
“ Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah (Qs. Ali Imran : 97). Semua kebutuhan yang keluarga yang ditinggalkan harus dicukupi, tidak berhutang, membayar ONH (ongkos haji) dari rejeki yang halal, karena Allah Maha Bersih, hanya menerima yang Bersih.
Secara etimologi haji berasal dari bahasa Arab Al-Hajj yang berarti mengunjungi atau mendatang. Dalam terminologi fiqh haji didefinisikan sebagai : perjalanan mengunjungi kabah pada bulan-bulan tertentu untuk melakukan ibadah Thawaf, Sa’I, Wukuf dan manasik-manasik lain. Sedangkan Umrah dalam arti bahasa berarti mengunjungi atau ziarah. Sedangkan secara etimonologi : sengaja berkunjung ke Ka’bah untuk melakukan Thawaf dan Sa’i. Dan sering diungkapkan bahwa umroh ini adalah Haji Kecil. Salah satu rukun haji yang paling utama adalah Wukuf di Arafah. Jamaa’ah haji yang tidak melaksanakan wukuf di Arafah berarti tidak mengerjakan haji.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW : ” haji itu hadir di Arafah. Barang siapa yang pada malam hari jama’ (10 Dzulhijjah sebelum terbit fajar), maka sesungguhnya ia masih mendapatkan haji ” (Riwayat lima ahli hadist).
Jadi haji itu adalah wukuf di Arafah. Wukuf adalah kehadiran seorang jama’ah haji dan adanya dia dipadang Arafah, baik dalam keadaan suci, haid, nifas maupun dalam keadaan junub. Arafah adalah nama sebuah padang disebelah timur kota Mekkah, jaraknya kurang lebih 9 mil. Karena merupakan rukun haji yang utama dalam kondisi sakitpun jama’ah haji harus wajib melaksanakan wukuf hal ini terlihat banyak mobil ambulance yang lalu lalang membawa jama’ah haji.
Diatas sudah kami kemukakan beberapa hal-hal penting terkait dengan ibadah haji. Yang perlu menjadi perhatian kita bahwa banyak orang yang menunaikan haji bahkan tiap tahunpun berangkat, namun sayang hajinya tertolak sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW : ” Ada orang yang berhaji tapi ditolak ” , jadi yang didapt gelarnya hajinya saja. Kata Ustad Arifin Ilham dalam bahasa umumnya shalat tapi tidak shalat, haji tapi tidak haji. Siapa itu orang itu : Yaitu orang yang shalat, orang yang haji, atau menjalnkan ibadah lainnya tetapi tidak dengan diiringi dengan kebaikan, kerendahan hati. Dia shalat tapi masih sombong. Ketika haji selalu sholat berjamaah baik dimasjid maktab, masjidil haram dan masjid nabawi tapi giliran selesai haji pulang ketanah suci, tidak mau menghidupkan semangat shalat berjamaah dimasjid. Ketika haji, belum adzan datang sudah pada bergerak menuju ke masjid, malah ada yang antre dilift berjam-jam, lari-lari jauh, pokoknya besar keinginan untuk shalat berjamaah. Sekali lagi ketika kembali ke tanah air Wassalam alias malas ke masjid semangat berjamaahpun redup.
Apa bedanya Haji mabrur, haji makbul dan haji mardud menurut Ustad Arifin Ilham dalam majalah Labbaik yang diterbitkan oleh Depag mengatakan : ” Kalau haji mabrur, ketika pulang terus membawa perubahan yang baik, kalau haji makbul adalah setelah pulang dalam waktu satu tahun baru ada perubahan, Sedangkan haji mardud adalah sama sekali tidak ada perubahan alias Pancet ”. Jadi haji mabrur adalah sebuah peningkatan ibadah, sikap dan aktifitas hidupnya selalu lebih baik dan lebih mendekat pada Allah SWT. Tidak ada haji mabrur bagi orang yang masih terus korupsi, ngentit, maling, judi, zina, mabuk, narkoba, ngerasani, tidak suka silaturrahim, merendahkan orang lain, mengejek orang lain, mencari kesalahan orang lain, sombong, sok, yang merasa paling Ter dan sebagainya. Artinya bahwa usai menunaikan haji, yang paling berat adalah menjaga kemabruran haji untuk selamanya dan selalu meningkatkan kemabruran haji sampai akhir hayat.
Cendekiawan Muslim asal Iran, Dr Ali Shariati menyebutkan prosesi ritual dalam ibadah haji, adalah gambaran paling nyata dan lengkap menuju kematian yang diberikan oleh Allah SWT kepada sebagaian ummat-Nya. Oleh sebab itu, sesorang yang menunaikan ibdah haji berarti memperoleh karunia langsung dari Allah SWT mengikuti latihan massal menuju kematian sebelum mengalami kematian yang sesungguhnya.
Semoga kita bersama disegerakan berangkat dan bagi yang sudah dan akan berangkat, semoga hajinya tidak ditolak dan menjadi haji mabrur. Amiin.
Komentar