Assalamu’alaikum wr. wb.
Bu Emmy yth., saya (42 tahun) dan suami (45 tahun) sudah menikah selama 14 tahun. Kami dikaruniai 3 orang anak. Suami bekerja di sebuah perusahaan swasta dan sudah punya posisi yang lumayan, sehingga mempunyai sekretaris pribadi. Sekretarisnya sudah beberapa kali berganti, karena yang dulu punya posisi baru. Dengan sekretaris-sekretaris yang dulu kami akrab dan terbuka. Bulan ini sekretaris suami baru, namanya L
belum menikah. Tapi katanya, sudah punya pacar dan hubungannya serius.
L ini selalu menanyakan segala hal, baik itu masalah pekerjaan atau yang tidak penting pada suami. Ini saya lihat dari bertubi-tubinya SMS bila suami sudah di rumah. Bahkan, jam 20.00 pun dia bisabisanya tanya melalui SMS, “Dimana?” Jengkel saya, Bu. Sudah jelas atasannya punya keluarga, kan? Sebalnya lagi sepertinya suami punya kewajiban untuk menjawab. Kini L punya posisi baru di kantor, dan masih menjadi bawahan suami. Tapi SMS dan email tak berhenti, meski katanya ia tugas ke luar kota. Sebenarnya, saya berada di antara percaya dan tidak percaya bahwa suami selingkuh, karena dia tak pernah menyembunyikan tentang isi SMS di HP. Saya juga bebas membaca e-mailnya. Interaksi saya dan suami juga tak berubah, Cuma sekarang kesibukannya tambah yaitu menjawab L. Dia memang bawahan suami saya, tapi tidak harus ditelepon atau diSMS terus kan, Bu? Sementara karyawan yang lain biasa-biasa saja. Saya terganggu, Bu. Mohon saran bagaimana membuat
suami sepaham bahwa perempuan itu berpotensi mengganggu rumah tangga kami. Sebetulnya karyawan yang lain juga sebal dengan tingkah laku L. Saya hanya ingin intensitas SMS dan email dikurangi, yang wajar-wajar saja. Apa perlu saya datangi ya, Bu? Jawaban ibu saya tunggu. Atas jawabannya saya ucapkan jazakumullah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Reni, di kota J
Wa’alaikumsalam wr wb.
Bu Reni yang baik, kalau Anda berniat mendatanginya, rasanya kok sia-sia saja karena hanya akan membuat sakit hati saja. Perempuan sejenis ini punya pemahaman baik-buruk, pantas – tidak pantas yang berbeda dengan perempuan lain pada umumnya. Biasanya ukuran yang ia pakai hanya sebatas apa yang menyenangkan dan menguntungkan bagi dirinya. Masa bodoh dengan penilaian orang lain. Emang perlu dipikirin? Ini karena dia tak punya kepekaan seperti yang dimiliki perempuan baik-baik seperti Anda. Pertumbuhan rasa malu dan kepedulian pada orang lain lebih lambat daripada tumbuhnya keinginan untuk memperoleh apa yang diinginkan, apapun cara mendapatkannya. Maka
urungkan saja niat ibu untuk mendatanginya. Dalam banyak kasus si selingkuhan hampir tak bisa disadarkan dan diketuk hati nuraninya. Mungkin sudah tak punya hati nurani ya? Lalu bagaimana?
Dalam urusan segi tiga, yang tersisa adalah Anda dan suami. Seperti kata Anda bahwa tak ada bukti bahwa suami menyembunyikan apa-apa, karena ia bersikukuh tidak berselingkuh. Maka Anda khawatir ambang batas penjagaannya menghadapi gencarnya si perempuan. Tapi, apakah keterbukaannya selama ini dengan mengijinkan Anda mengakses segala alat komunikasinya, menjamin bahwa ia tidak berselingkuh? Saya kira itu bukan jaminan. Karena melakukan perbuatan terlarang secara terbuka di hadapan orang banyak, lebih susah untuk ditengarai. Kalau dilakukan secara sembunyi-sembunyi malah mudah menimbulkan kecurigaan. Maka, musuh yang bersembunyi di tempat terbuka malah susah dikenali. Selalu berhati-hati ya, Bu.
Yang paling bisa Anda lakukan untuk menghadapi serangan dari perempuan lain adalah meningkatkan kualitas hubungan dengan suami. Tekanlah rasa kesal dan marah Anda, manfaatkan setiap kesempatan bersamanya untuk membuat suami melihat, merasakan dan kemudian yakin bahwa Anda tidak layak untuk dipertukarkan dengan perempuan mana pun, apalagi yang sejenis L. Tunjukkan bahwa Anda sangat sayang padanya, perhatikan semua kebutuhannya, bersikaplah mesra padanya kapan saja Anda mau melakukannya. Dan hindari untuk menyebut L saat berdua. Berhentilah menghujatnya, meski begitu waspadai langkah dan pesan yang ia kirim ke suami.
Ketika suami makin merasa nyaman dengan Anda, dan Anda tidak menyudutkannya, mencurigainya dan tidak menjelekjelekkan orang lain, maka kualitas positif Anda akan semakin menguat. Tetaplah membina hubungan dengan karyawati lain sesekali datanglah ke kantor dan bergaul dengan karyawan yang ada, tanpa L. Dengan demikian, mereka jadi tahu seperti apa diri Anda, sehingga mereka juga bisa lebih tepat menilai diri Anda. Ayo Bu, jangan lampiaskan kekesalan pada suami. Teruslah lakukan apa yang bisa membuat suami makin nyaman bersama Anda.
Mudah-mudahan ini semua akan menumbuhkan kesadaran bahwa pola hubungan dengan L harus diubah. Jangan lupa, dekatkan diri pada Allah dan banyak berbuat baik. Insya Allah keluarga Anda akan selalu dilindungi oleh Allah SwT.l
Bu Emmy yth., saya (42 tahun) dan suami (45 tahun) sudah menikah selama 14 tahun. Kami dikaruniai 3 orang anak. Suami bekerja di sebuah perusahaan swasta dan sudah punya posisi yang lumayan, sehingga mempunyai sekretaris pribadi. Sekretarisnya sudah beberapa kali berganti, karena yang dulu punya posisi baru. Dengan sekretaris-sekretaris yang dulu kami akrab dan terbuka. Bulan ini sekretaris suami baru, namanya L
belum menikah. Tapi katanya, sudah punya pacar dan hubungannya serius.
L ini selalu menanyakan segala hal, baik itu masalah pekerjaan atau yang tidak penting pada suami. Ini saya lihat dari bertubi-tubinya SMS bila suami sudah di rumah. Bahkan, jam 20.00 pun dia bisabisanya tanya melalui SMS, “Dimana?” Jengkel saya, Bu. Sudah jelas atasannya punya keluarga, kan? Sebalnya lagi sepertinya suami punya kewajiban untuk menjawab. Kini L punya posisi baru di kantor, dan masih menjadi bawahan suami. Tapi SMS dan email tak berhenti, meski katanya ia tugas ke luar kota. Sebenarnya, saya berada di antara percaya dan tidak percaya bahwa suami selingkuh, karena dia tak pernah menyembunyikan tentang isi SMS di HP. Saya juga bebas membaca e-mailnya. Interaksi saya dan suami juga tak berubah, Cuma sekarang kesibukannya tambah yaitu menjawab L. Dia memang bawahan suami saya, tapi tidak harus ditelepon atau diSMS terus kan, Bu? Sementara karyawan yang lain biasa-biasa saja. Saya terganggu, Bu. Mohon saran bagaimana membuat
suami sepaham bahwa perempuan itu berpotensi mengganggu rumah tangga kami. Sebetulnya karyawan yang lain juga sebal dengan tingkah laku L. Saya hanya ingin intensitas SMS dan email dikurangi, yang wajar-wajar saja. Apa perlu saya datangi ya, Bu? Jawaban ibu saya tunggu. Atas jawabannya saya ucapkan jazakumullah.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Reni, di kota J
Wa’alaikumsalam wr wb.
Bu Reni yang baik, kalau Anda berniat mendatanginya, rasanya kok sia-sia saja karena hanya akan membuat sakit hati saja. Perempuan sejenis ini punya pemahaman baik-buruk, pantas – tidak pantas yang berbeda dengan perempuan lain pada umumnya. Biasanya ukuran yang ia pakai hanya sebatas apa yang menyenangkan dan menguntungkan bagi dirinya. Masa bodoh dengan penilaian orang lain. Emang perlu dipikirin? Ini karena dia tak punya kepekaan seperti yang dimiliki perempuan baik-baik seperti Anda. Pertumbuhan rasa malu dan kepedulian pada orang lain lebih lambat daripada tumbuhnya keinginan untuk memperoleh apa yang diinginkan, apapun cara mendapatkannya. Maka
urungkan saja niat ibu untuk mendatanginya. Dalam banyak kasus si selingkuhan hampir tak bisa disadarkan dan diketuk hati nuraninya. Mungkin sudah tak punya hati nurani ya? Lalu bagaimana?
Dalam urusan segi tiga, yang tersisa adalah Anda dan suami. Seperti kata Anda bahwa tak ada bukti bahwa suami menyembunyikan apa-apa, karena ia bersikukuh tidak berselingkuh. Maka Anda khawatir ambang batas penjagaannya menghadapi gencarnya si perempuan. Tapi, apakah keterbukaannya selama ini dengan mengijinkan Anda mengakses segala alat komunikasinya, menjamin bahwa ia tidak berselingkuh? Saya kira itu bukan jaminan. Karena melakukan perbuatan terlarang secara terbuka di hadapan orang banyak, lebih susah untuk ditengarai. Kalau dilakukan secara sembunyi-sembunyi malah mudah menimbulkan kecurigaan. Maka, musuh yang bersembunyi di tempat terbuka malah susah dikenali. Selalu berhati-hati ya, Bu.
Yang paling bisa Anda lakukan untuk menghadapi serangan dari perempuan lain adalah meningkatkan kualitas hubungan dengan suami. Tekanlah rasa kesal dan marah Anda, manfaatkan setiap kesempatan bersamanya untuk membuat suami melihat, merasakan dan kemudian yakin bahwa Anda tidak layak untuk dipertukarkan dengan perempuan mana pun, apalagi yang sejenis L. Tunjukkan bahwa Anda sangat sayang padanya, perhatikan semua kebutuhannya, bersikaplah mesra padanya kapan saja Anda mau melakukannya. Dan hindari untuk menyebut L saat berdua. Berhentilah menghujatnya, meski begitu waspadai langkah dan pesan yang ia kirim ke suami.
Ketika suami makin merasa nyaman dengan Anda, dan Anda tidak menyudutkannya, mencurigainya dan tidak menjelekjelekkan orang lain, maka kualitas positif Anda akan semakin menguat. Tetaplah membina hubungan dengan karyawati lain sesekali datanglah ke kantor dan bergaul dengan karyawan yang ada, tanpa L. Dengan demikian, mereka jadi tahu seperti apa diri Anda, sehingga mereka juga bisa lebih tepat menilai diri Anda. Ayo Bu, jangan lampiaskan kekesalan pada suami. Teruslah lakukan apa yang bisa membuat suami makin nyaman bersama Anda.
Mudah-mudahan ini semua akan menumbuhkan kesadaran bahwa pola hubungan dengan L harus diubah. Jangan lupa, dekatkan diri pada Allah dan banyak berbuat baik. Insya Allah keluarga Anda akan selalu dilindungi oleh Allah SwT.l
Sumber : http://www.muhammadiyah.or.id ( Kajian Keluarga Sakinah )
Komentar