Adab Bepergian

9 Sunnah dan Adab Dalam Perjalanan

Perjalanan merupakan suatu yang sulit dihindari oleh semua orang. Oleh karena itu, supaya perjalanan yang kita lakukan juga bernilai pahala, maka perlu kiranya mengetahui beberapa sunnah dalam perjalanan. Di antara sunnah tersebut adalah:

> Pertama, utamanya mereka yang akan berpergian ke negara non muslim, maka hendaklah ia menjaga imannya. Jangan sampai sekembali dari perjalanan dia berubah menjadi orang yang tidak beriman.
Hal ini menjadi peringatan para ulama karena betapa banyak mereka yang ketika pergi dari negerinya merupakan seorang mukmin, kemudian menjadi berubah dan menyerupai apa yang dilakukan oleh orang-orang kafir sekembali dari perjalanannya. Bahkan ia menilai aib terhadap adab Islam yang selama ini telah dikenalnya.
Kondisi seperti inilah yang disabdakan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam,
Aku berlepas diri dari setiap muslim yang tinggal di negeri kaum musrik. (HR. Abu Daud)
Dimana maksudnya karena tinggal di sana kemudian ia menjadi kehilangan identitas keislamannya. Padahal bepergian ke negeri muslim akan jauh lebih menjaga ketakwaannya kepada Allah ta’ala.
Adapun jika perjalanan tersebut dalam rangkat berbuat baik kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi, mengunjungi saudara seiman, untuk melakukan dakwah, atau sejenisnya yang terhindar dari kemaksiatan kepada Allah, maka hal ini justru menjadi sunnah nabi shollallahu ‘alaihi wa salam.


> Kedua, sunnah berikutnya adalah melaksanakan sholat istikhorah terlebih dahulu sebelum memutuskan perjalanan. Hal ini sholat dua raka’at kemudian berdoa sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa salam dalam doa istikhorah.

Demikian juga baginya ketika akan berangkat hendaklah berwasiat tentang suatu urusan kepada keluarganya, terutama berkaitan dengan penjagaan mereka terhadap agama.

> Ketiga, disunnahkan untuk bepergian pada hari kamis. Dari Ka’ab bin Malik beliau mengatakan,
Jarang dulu kami menyaksikan Rasulullah keluar jika bepergian dari safar kecuali hari kamis. (HR. Bukhari).

> Keempat, selalu berdoa dalam perjalanan.
Dikisahkan bahwa ketika sudah melangkahkan kakinya untuk pergi rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam mengucapkan bismillah, alhamdulillah (3x) dan Allahu akbar (3x), kemudian beliau membaca
Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini. Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga (HR. Muslim)

> Kelima, jangan pergi bersafar ke kubur para nabi dan orang sholeh untuk mendapatkan barokah. Para ulama bersepakat bahwa hal ini tidak mempunyai tuntutan dalam islam. Tidak pernah ada satupun yang melakukannya dari zaman Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa salam sampai kurun yang ketiga, yaitu kurun sahabat, tabi’in dan pengikut mereka.
Hal inilah yang menyebabkan ketika Imam Malik rahimahullah ditanya tentang perkara seseorang yang bernadzar ingin mengunjungi kuburan nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa salam, maka beliau menjawab,
Jika yang engkau ingin datangi adalah masjidnya nabi, maka datang dan sholatlah di dalamnya. Adapun jika yang ingin engkau datangi adalah kubur nabi, maka jangan lakukan. Hal ini dikarenakan dalam suatu hadits dinyatakan, tidak dipersiapkan kendaraan kecuali (untuk perjalanan) pada tiga masjid (baca tafsir Tsaklabi, Kisful Wabayan 2/122) 
Demikianlah kehati-hatian imam Malik rahimahullah terhadap mereka yang bisa jadi ketika berkunjung ke kuburan para nabi dan orang sholeh tadi malah akhirnya meminta doa kepada mereka, atau meyakini jika doa mereka akhirnya menjadi lebih ijabah. Apalagi tidak sedikit mereka yang akhirnya malah jatuh kepada kesyirikan dan mendholimi diri mereka sendiri.

> Keenam, adapun perjalanan tadi hendaknya senantiasa diniatkan untuk kebaikan dan ketaatan kepada Allah ta’ala seperti untuk mengunjungi saudara seiman. 
Hal ini sangat penting karena niat yang baik dalam semua perkara termasuk perjalanan, tentunya yang dilakukan tanpa melanggar syariat Islam, insyaAllah akan dibalas dengan keridhoan dan kecintaan dari Allah ta’ala.
Diriwayatkan dalam suatu hadits, 
Ada seseorang yang bepergian mengunjungi saudaranya di kampung yang lain, maka Allah pun mengutus kepadanya seorang malaikat. Ketika mendatanginya maka malaikat bertanya, kemana engkau hendak pergi. Orang ini mengatakan aku ingin mengunjungi sudaraku di kampung ini. Malaikat bertanya, apakah engkau menginginkan sesuatu darinya. Maka orang tadi mengatakan, tidak, kecuali karena aku mencintainya di jalan Allah. Maka malaikat mengatakan, sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan pada pun bahwa Allah telah mencintaimu sebagaima engkau mencintai saudaramu karena-Nya (HR. Muslim)


> Ketujuh, sunnah berikutnya dalam safar adalah jika dalam perjalanan tersebut berombongan, maka hendaklah memilih salah satu sebagai pemimpin. 
Dari Abi Hurairah radiyallahu ‘anhu diriwayatkan bahwa Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
Jika tiga orang berada dalam perjalanan, maka salah seorang hendaklah menjadi pemimpin (HR. Abu Daud)

Atau dalam hadits dari Ali bin Abi Tholib diriwayatkan bahwa rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
Sesungguhnya rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengutus pasukan maka memerintahkan salah satu dari mereka yang perintahnya akan didengarkan dan ditaati (HR. Bukhari) 

> Kedelapan, jangan membawa anjing. Hal ini sebagaimana sabda rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam, 
Tidak akan dibersamai oleh malaikat mereka yang bersama anjing dan lonceng (HR.Muslim) 
Maka alangkah meruginya kita ketika berada dalam perjalanan yang melelahkan dan bahkan terkadang berisiko terhadap keamanan diri tersebut, sementara kita tidak dibersamai oleh para malaikat.


> Kesembilan, menyegerakan kembali dari perjalanan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasalam, 
Perjalanan adalah sebagian dari azab karena dalam perjalanan ia terhalang dari makanan, minuman, dan tidur (sebagaimana biasanya). Jika sudah selesai dari kebutuhan hajat dalam perjalanan, maka bersegerahlah pulang kepada keluarganya (HR. Muttafaqun ‘alaihi)
Masih banyak sunnah-sunnah yang lainnya dalam perjalan, tetapi untuk sementara kami cukupkan sampai di sini. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah ta’ala dan perjalanan kita menjadi barokah dan mendatangkan pahala yang berlimpa. Aamin.
  Akhukum fillah – Gonda Yumitro,S.IP,MA


Komentar