Kesempurnaan Iman Agar Hifdzul Amanah
Oleh: Prof H Dadang Kahmad
“Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya
dan orang yang menjauhkan diri dari yang tidak berguna dan orang yang
menunaikan zakat, dan orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri
mereka dan budak belian yang mereka miliki; maka sesungguhnya dalam hal seperti
itu tidak tercela. Barang siapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah
orang-orang yang melampaui batas. Dan orang yang memelihara amanat, memelihara
janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah yang akan
mewarisi surga firdaus. Mereka kekal di dalamnya.” (QS al Mukminun [23]: 1-11).
Ayat di atas menjelaskan adanya
relasi simbiosis antara iman (akidah) dan perilaku (amal) seorang manusia.
Seorang mukmin akan khusyuk dalam shalat dan menjauhkan diri dari kehidupan
yang sia-sia.
Ia akan selalu meninggalkan perbuatan
buruk dan melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi dirinya serta lingkungan
sekitar. Rasulullah SAW bersabda, “Dari
kebaikan orang Islam adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi
dirinya.” (HR HR Tirmidzi dam
Ibnu Majah).
Oleh karena itu, tidak pantas bila
seorang mukmin menyia-nyiakan waktu, masa muda, kesehatan, kekayaan, dan setiap
peluang dalam hidupnya. Namun, tak sedikit dari kita menyia-nyiakan masa muda
karena salah mengartikan apa itu masa muda.
Prinsip yang kurang benar masa muda tidak akan kembali dipegang kuat sehingga seluruh aktivitas
hidupnya diisi dengan foya-foya dan melayangkan angan tak nyata.
Orang yang percaya penuh pada Allah SWT akan
senantiasa melaksanakan perintah-Nya, hidup hati-hati, menjaga shalat, membayar
zakat, dan menjauhkan diri dari maksiat sehingga kehidupannya tetap
terpelihara.
Orang beriman sadar betul kehidupan
ini sementara dan segala amal akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan
Allah.
Karena itu, orang beriman selalu berprinsip keinginan
dan nafsu syahwat itu kalau diperturutkan akan mengakibatkan kesengsaraan
jasmani maupun ruhani.
Orang yang imannya sempurna selalu memegang janji dan
menjaga amanah yang dibebankan padanya. Hifdzul
amanah (menjaga amanah) adalah salah satu
pekerjaan mulia dan sulit. Banyak orang yang diberi amanah jabatan dan amanah
kepercayaan, namun mengkhianatinya.
Timbulnya krisis ekonomi yang menimpa
suatu bangsa disebabkan kurangnya para pemimpin memelihara amanah yang diemban.
Kondisi ini mengakibatkan banyak terjadi
penyalahgunaan wewenang, korupsi, kolusi, dan nepotisme menjadi suatu
kebiasaan, yang akhirnya menimbulkan krisis kepercayaan rakyat terhadap
pemimpin.
Akhlak orang beriman akan selalu berdampak baik bagi
dirinya dan lingkungan sekitar. Ia selalu mengadakan hubungan baik dengan
Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk Allah seluruhnya.
Ia juga selalu takut pada Allah. Ketakutan ini
merupakan ketakutan yang positif. Seperti yang tercermin di dalam firman-Nya, “Padahal, Allah-lah yang berhak kamu takuti, jika kamu
benar-benar orang yang beriman.”(QS
at-Taubah [9]: 13).
Oleh karena itu, keimanan yang kuat harus dimiliki
siapa saja. Sebab, keimanan bisa mengatur manusia untuk selalu mengisi
kehidupan di muka bumi dengan segenap kebajikan.
Keimanan membuat orang-orang secara
tulus dan ikhlas melakukan hubungan dengan sesama manusia berdasarkan kerangka
Ilahiah.
Segala gerak hidupnya, baik dalam rangka bekerja atau
berniaga, berpolitik atau memimpin dan bermuamalah, selalu merujuknya pada
pembenaran iman pada Allah SWT. Wallahua’lam
bis-shawab.
Komentar