Penyakit Hati : Tidak Sabar dan Merasa Istimewa (1)

Tazkiyatun Nafs 

SETIAP kejadian pasti ada sebabnya. Tidak mungkin sesuatu itu terjadi tanpa adanya sebab yang mendahului.
Yang demikian itu sunnatullah, atau yang lebih dikenal dengan istilah hukum kausalitas. Suka atau tidak suka, begitulah hukum yang telah ditetapkan-Nya. Manusia hanya tinggal menjalaninya saja.
Siapa yang berbuat kebajikan, ia akan menuai pahala. Sebaliknya, siapa yang berbuat kejelekan dan kerusakan di muka bumi ini, sekecil apa pun perbuatan tersebut, ia pun akan mendapat ganjaran berupa hukuman setimpal dengan perbuatan yang telah dia lakukan sebelumnya. Hukuman yang bakal diterimanya itu tentu saja bisa terjadi di dunia ini maupun di akhirat nanti.
Karena itulah, menurut salafus shalih, tidak ada orang yang bisa mendahului sebuah kejadian, sebelum adanya ketetapan dari Allah Azza wa Jalla. Begitu pula halnya dengan peristiwa yang bakal dialami oleh manusia di muka bumi ini. Jika Allah belum menghendaki dan mengizinkannya, tak satu pun ada makhluk yang dapat memaksakan kehendaknya agar peristiwa tersebut segera terjadi.
Dalam perspektif pemberlakuan hukum kausalitas, para pejalan ruhani dianjurkan senantiasa berhati-hati dan selalu waspada dalam menyikapi berbagai peristiwa dan kejadian yang ada di sekitarnya. Sebab, menurut ahlul kasyaf, setiap peristiwa atau kejadian yang ada di sekitar kita itu pasti ada hubungannya dengan diri kita.

Lantaran itulah, kata ahlul kasyaf, barang siapa ingin melakukan amal kebajikan di muka bumi, ia perlu berhati-hati dalam menyikapi keinginan yang muncul di dalam hati dan pikirannya sendiri. Sebab, kalau sampai tidak berhati-hati, sangat boleh jadi ia nanti akan terperosok ke dalam jurang prasangka buruk kepada Allah.
Apalagi jika, misalnya, keinginannya saat itu belum bisa menjadi kenyataan, maka situasi tersebut akan menjadi peluang yang baik bagi masuknya virus penyakit hati. Yaitu, virus tidak sabar dalam menjalani proses menuju kebajikan. Itulah di antara ciri orang yang hatinya lagi sakit. Karena manusia banyak yang kurang sabar dalam proses, Allah pun berfirman di dalam surah Al-Insan ayat 30:
Dan kamu tidak akan mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Jika kita cermati firman Allah tersebut, tampak sangat jelas sekali bagaimana Maha Berkuasanya Allah Azza wa jalla atas kehidupan ini. Karena Dia Maha Berkuasa, tentu akan rugi kalau kita tidak mau mengikuti dengan sabar apa yang Dia inginkan untuk kita jalani di muka bumi ini.
Lihat saja, misalnya, bagaimana firman Allah dalam surah Al-‘Ankabut ayat 2-3:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya, kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Perhatikan juga firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 45-46 berikut ini:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu: Yaitu, orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.
Atau firman-Nya dalam surat ‘Ali ‘Imran ayat 146:
Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Bahkan, dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tak sungkan-sungkan menjanjikan dua ‘hadiah istimewa’ untuk orang yang mau bersabar mengikuti proses yang telah Dia tentukan. Yaitu, pertama, Allah akan menganugerahi sifat-sifat baik, dan kedua, Allah akan bersama orang-orang yang sabar.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan, melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar. (Fushshilat: 35).
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah: 153)
Karena sabar merupakan ‘kunci’ pokok untuk kita bisa bersama Allah, tak heran jika untuk bisa memperoleh ‘kunci’ tersebut, para pejalan ruhani akan `dihujani’ dengan berbagai permasalahan hidup. Di antaranya, diuji dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, seperti yang telah difirmankan-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 155 berikut:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Yang jelas, semua itu dilakukan oleh Allah tidak lain adalah karena Allah sayang pada kita. Dia betul-betul menginginkan agar kita bisa selamat di dunia maupun di akhirat nanti. Karena itulah, Allah kemudian berfirman dalam surah Ali `Imran ayat 142:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
/Ahmad Barozi, S.Ag dan Abu Azka Fathin Mazayasha, dari bukunya Penyakit Hati & Penyembuhannya.     *Selamat beribadah🌹

Komentar