Tazkiyatun Nafs
SETIAP kejadian pasti ada sebabnya. Tidak mungkin sesuatu itu terjadi
tanpa adanya sebab yang mendahului.
Yang demikian itu sunnatullah, atau yang lebih dikenal dengan istilah
hukum kausalitas. Suka atau tidak suka, begitulah hukum yang telah
ditetapkan-Nya. Manusia hanya tinggal menjalaninya saja.
Siapa yang berbuat kebajikan, ia akan menuai pahala. Sebaliknya, siapa
yang berbuat kejelekan dan kerusakan di muka bumi ini, sekecil apa pun
perbuatan tersebut, ia pun akan mendapat ganjaran berupa hukuman setimpal
dengan perbuatan yang telah dia lakukan sebelumnya. Hukuman yang bakal
diterimanya itu tentu saja bisa terjadi di dunia ini maupun di akhirat nanti.
Karena itulah, menurut salafus shalih, tidak ada orang yang bisa
mendahului sebuah kejadian, sebelum adanya ketetapan dari Allah Azza wa Jalla.
Begitu pula halnya dengan peristiwa yang bakal dialami oleh manusia di muka
bumi ini. Jika Allah belum menghendaki dan mengizinkannya, tak satu pun ada
makhluk yang dapat memaksakan kehendaknya agar peristiwa tersebut segera
terjadi.
Dalam perspektif pemberlakuan hukum kausalitas, para pejalan ruhani
dianjurkan senantiasa berhati-hati dan selalu waspada dalam menyikapi berbagai
peristiwa dan kejadian yang ada di sekitarnya. Sebab, menurut ahlul kasyaf,
setiap peristiwa atau kejadian yang ada di sekitar kita itu pasti ada
hubungannya dengan diri kita.
Lantaran itulah, kata ahlul kasyaf, barang siapa ingin melakukan amal
kebajikan di muka bumi, ia perlu berhati-hati dalam menyikapi keinginan yang
muncul di dalam hati dan pikirannya sendiri. Sebab, kalau sampai tidak
berhati-hati, sangat boleh jadi ia nanti akan terperosok ke dalam jurang prasangka
buruk kepada Allah.
Apalagi jika, misalnya, keinginannya saat itu belum bisa menjadi
kenyataan, maka situasi tersebut akan menjadi peluang yang baik bagi masuknya
virus penyakit hati. Yaitu, virus tidak sabar dalam menjalani proses menuju
kebajikan. Itulah di antara ciri orang yang hatinya lagi sakit. Karena manusia
banyak yang kurang sabar dalam proses, Allah pun berfirman di dalam surah
Al-Insan ayat 30:
Dan kamu tidak akan mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki
Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Jika kita cermati firman Allah tersebut, tampak sangat jelas sekali
bagaimana Maha Berkuasanya Allah Azza wa jalla atas kehidupan ini. Karena Dia
Maha Berkuasa, tentu akan rugi kalau kita tidak mau mengikuti dengan sabar apa
yang Dia inginkan untuk kita jalani di muka bumi ini.
Lihat saja, misalnya, bagaimana firman Allah dalam surah Al-‘Ankabut ayat
2-3:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
“Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya, kami
telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui
orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Perhatikan juga firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 45-46 berikut ini:
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang
demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu: Yaitu,
orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka
akan kembali kepada-Nya.
Atau firman-Nya dalam surat ‘Ali ‘Imran ayat 146:
Allah menyukai orang-orang yang sabar.
Bahkan, dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tak
sungkan-sungkan menjanjikan dua ‘hadiah istimewa’ untuk orang yang mau bersabar
mengikuti proses yang telah Dia tentukan. Yaitu, pertama, Allah akan
menganugerahi sifat-sifat baik, dan kedua, Allah akan bersama orang-orang yang
sabar.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada
orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan, melainkan kepada orang-orang
yang mempunyai keuntungan yang besar. (Fushshilat: 35).
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Al-Baqarah:
153)
Karena sabar merupakan ‘kunci’ pokok untuk kita bisa bersama Allah, tak
heran jika untuk bisa memperoleh ‘kunci’ tersebut, para pejalan ruhani akan
`dihujani’ dengan berbagai permasalahan hidup. Di antaranya, diuji dengan rasa
takut, lapar, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan, seperti yang telah
difirmankan-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 155 berikut:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar.
Yang jelas, semua itu dilakukan oleh Allah tidak lain adalah karena Allah
sayang pada kita. Dia betul-betul menginginkan agar kita bisa selamat di dunia
maupun di akhirat nanti. Karena itulah, Allah kemudian berfirman dalam surah
Ali `Imran ayat 142:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang
sabar.
/Ahmad Barozi, S.Ag dan Abu Azka Fathin Mazayasha, dari bukunya Penyakit
Hati & Penyembuhannya. *Selamat
beribadah🌹
Komentar